Sejarah
Pada tahun 1952 telah berdiri kelompok (Ranting) Muhammadiyah Pasar Jawo dan sekitarnya, anggota berjumlah 25 orang, Pimpinannya terdiri dari :
Ketua : Hasan Herbalis
Sekretaris : Marah Rusli
Bendahara : Azis Djalil
Amal usahanya ialah mengadakan pengajian 2 kali seminggu di Masjid Nurul Ihsan (yang dikenal dengan Masjid Kampung Jawo Dalam). Guru-guru dari pengajian ini antara lain:
1. Buya Muhammad Zen Yasin
2. Buya Kari Sutan
3. Buya Darwas Idris
4. Buya Rasyid Taher
5. Dll
dan pernah juga mendatangkan guru dari Jakarta antara lain :
1. Buya AR. St. Mansur
2. Buya Duski Samad
3. Buya M. Yunus Anis
4. Buya Wahab Samad
5. Dll
Pada tahun 1956 pengajian ini pindah ke los Bada yaitu kadai milik Bilal (sekarang : Pasar Raya di belakang blok A), karena di sekitar masjid Nurul Ihsan ini terdapat orang-orang paham kuno yang kurang senang terhadap pengajian Muhammadiyah tersebut.
Pada tahun 1957 terjadi pergolakan Dewan Banteng, pada saat itu pula diambil kesepakatan untuk membangun rumah ibadah di atas tanah, yang direncanakan terdapat toko-toko yang sudah runtuh milik dari Robinson (bangsa barat). Setelah tanah tersebut dapat, maka didirikanlah mushalla Muhammadiyah yang berukuran 9 X 12 M.
Untuk pembangunan mushalla ini diperoleh dana dari :
Pada tahun 1959 dibentuk Panitia Pembangunan Masjid Permanen (awal Masjid Raya Muhammadiyah) dengan susunan pengurusnya sbb:
Ketua : H. Zainuddin (terkenal H. Djalak)
Sekretaris : Mustafa Kamal (karyawan Telekom)
Bendahara : Aziz Djalil (saudagar, berasal dari Silungkang
Pada tahun 1960 persiapan pembangunan Masjid Raya Muhammadiyah, sepeerti pembelian bahan-bahan bangunan telah telah tersedia. Tahun 1961 di mulailah pembangunan Masjid Taqwa Muhammadiyah berlantai. Dana untuk pembangunan ini diperoleh dari :
Pada saat itu Pimpinan Persyarikatan ialah Perwakilan Muhammadiyah Sumatera Tengah sampai tahun 1959 dirobah menjadi Pimpinan Muhammadiyah Sumatera Barat. Setelah Masjid Raya Muhammadiyah selesai pembangunannya, pusat Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Suamtera Barat di pindahkan ke Padang yaitu Masjid Raya Muhammadiayh.
Bentuk-bentuk kegiatan yang ada di Masjid Raya Muhammadiyah Padang adalah sbb :
1. Buya Muhammad Zen Yasin
2. Buya Kari Sutan
3. Buya Darwas Idris
4. Buya Rasyid Taher
5. Dll
dan pernah juga mendatangkan guru dari Jakarta antara lain :
1. Buya AR. St. Mansur
2. Buya Duski Samad
3. Buya M. Yunus Anis
4. Buya Wahab Samad
5. Dll
Pada tahun 1956 pengajian ini pindah ke los Bada yaitu kadai milik Bilal (sekarang : Pasar Raya di belakang blok A), karena di sekitar masjid Nurul Ihsan ini terdapat orang-orang paham kuno yang kurang senang terhadap pengajian Muhammadiyah tersebut.
Pada tahun 1957 terjadi pergolakan Dewan Banteng, pada saat itu pula diambil kesepakatan untuk membangun rumah ibadah di atas tanah, yang direncanakan terdapat toko-toko yang sudah runtuh milik dari Robinson (bangsa barat). Setelah tanah tersebut dapat, maka didirikanlah mushalla Muhammadiyah yang berukuran 9 X 12 M.
Untuk pembangunan mushalla ini diperoleh dana dari :
- Kapten Syuib Ibrahim (Rohis, berasal dari Ketaping Padang) yang bertanggung jawab atas seluruh seng.
- Aziz Djalil bertanggung jawab atas seluruh tiang
- dan yang lain dananya berasal dari anggota jama'ah
Pada tahun 1959 dibentuk Panitia Pembangunan Masjid Permanen (awal Masjid Raya Muhammadiyah) dengan susunan pengurusnya sbb:
Ketua : H. Zainuddin (terkenal H. Djalak)
Sekretaris : Mustafa Kamal (karyawan Telekom)
Bendahara : Aziz Djalil (saudagar, berasal dari Silungkang
Pada tahun 1960 persiapan pembangunan Masjid Raya Muhammadiyah, sepeerti pembelian bahan-bahan bangunan telah telah tersedia. Tahun 1961 di mulailah pembangunan Masjid Taqwa Muhammadiyah berlantai. Dana untuk pembangunan ini diperoleh dari :
- Jama'ah Masjid
- Mengutus Buya H. Zainal Abidin Su'ib (ZAS) dan Darwis Muin dan adakalanya ditemani oleh Buya H.I. Zulkanain keseluruh daerah Indonesia, hasil yang menonjol dengan perantara buya H. ZAS, karena beliau orang yang pandai membuka hati supaya orang Islam mau mengeluarkan dana untuk masjid ini.
- Lantai I berasal/ditanggung oleh BDB, yaitu suatu perusahaan korek api yang berpusat di Pematang Siantar, Sumatera Utara.
Pada saat itu Pimpinan Persyarikatan ialah Perwakilan Muhammadiyah Sumatera Tengah sampai tahun 1959 dirobah menjadi Pimpinan Muhammadiyah Sumatera Barat. Setelah Masjid Raya Muhammadiyah selesai pembangunannya, pusat Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Suamtera Barat di pindahkan ke Padang yaitu Masjid Raya Muhammadiayh.
Bentuk-bentuk kegiatan yang ada di Masjid Raya Muhammadiyah Padang adalah sbb :
- Pengajian umum (ceramah, tanya jawab)
- Pusat kegiatan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Barat
- SD Muhammadiyah yang berdiri pada tahun 1960, memiliki gedung permanen di samping (selatan) Masjid Raya Muhammadiayah, setelah Masjid ini siap sebahagian murid SD Muhammadiyah menempati lantai II.
- PGA Putri 'Aisyiyah menempati lantai II
- Fakultas Adab, Dekannya Ialah Drs. Nur Anas Djamil, kemudian dirobah menjadi fakultas syari'ah dekan pertamanya ialah H. Darwas Idris.
- Imam besarnya H. ialah H. Darwas Idris, sekaligus membina jama'ah dalam masalah agama